Sajak Keikhlasan
Ada satu kesalahan tempat aku terjatuh
Aku selalu terjatuh di tempat yang sama
Suatu tempat yang selalu menjadi penyesalanku
Suatu tempat yang aku tahu namun tak kusadari saat itu.
Sebenarnya tempat itu adalah tempat yang tak terlalu aku sukai
Semerbak harum aura ambisius itu berputar mengelilingiku
Aku tergoda dan menikmati hal itu tanpa aku sadari
Aku menghirup aura ambisius itu bak aroma kopi pahit di kala senja
Entah bagaimana akhirnya aku tersadar
Tapi Sang Pencipta selalu punya cara-Nya sendiri untuk menemukanku
Aku pada akhirnya memang tersadar dan kembali pada-Nya
Tapi jejak abu-abu itu menyelimutiku dalam kengerianku sendiri
Sibuk menutup mata
Sibuk menutup telinga
Sibuk memasang topeng
Sibuk menambal luka dengan perban senyuman
Hingga yang ku tahu aku hanya perlu tersenyum
Sekedar itulah jejak abu-abu itu
Aku selalu ingin menghapus rekam jejak itu
Yang entah bagaimana kalau dihapus malah semakin menempel
Rekam jejak itulah yang selalu berhasil dengan tenang
Membuatku diam dan membisu di kala senja
Hingga aku tak berani menatap luasnya langit biru di kala cerah
Kalau kau bertanya seperti apa aku dalam diamku?
Mungkin kau akan menemukan hal baru
Yang mungkin menarik bagi mereka yang suka menengok
Yang mungkin juga akan membuatku terkesan horror di mata mereka yang sekedar menengok
Meskipun begitu diamku tentu cara yang paling indah
Dalam diam ku terkadang aku seolah menutup mataku dalam gelap
Sekejap gelap sekejap terang lalu berubah menjadi sebuah wajah
Entah wajah masa kecilku atau wajah takdirku
Aku yang bukan siapa-siapa
Bukankah aku hanya memang mampu terdiam?
Diam dalam ikhlasku
Diam dalam tenang menurutku
Karena tak peduli bagaimana aku mengikhlas dan terus mengikhlas
Semuanya seolah kembali ke tempat yang sama
Komentar
Posting Komentar